Esai Mela Sri Ayuni
(Dimuat di NGEWIYAK, 29 Agustus 2024)
Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Umumnya paling rendah berusia 19 tahun sampai tidak terbatas usia, ia berjalan seolah semua keilmuan miliknya (Febri Saefulloh dalam buku Mahasiswa Mencari Dirinya, 2021). Bebas menggunakan apa pun di lingkungan kampus, dianggap sudah dewasa. Pada tahun pertama, ia biasanya cukup disibukkan dengan banyaknya tugas yang harus dikumpulkan pada minggu yang bersamaan. Mengikuti organisasi (entah apa yang dicari, biasanya berhenti di tengah jalan), mencari referensi outfit, nongkrong untuk kopi darat, menyuarakan aksi, dan teman hati. Inilah secuil dari kebiasaan mahasiswa masa kini.
Saya pun sebenarnya masih mahasiswa yang sedang mencari esensi dari mahasiswa itu sendiri. Saat ini saya sedang ada di fase semester akhir yang asyik. Tetapi selama bolak-balik kampus tidak banyak yang didapat, hanya satu, yaitu perubahan pola pikir. Memang terdengar sangat sederhana. Kalau dilihat dari waktu, pikiran, tenaga, dan materi bisa dikatakan tidak sepadan dengan apa yang telah dikorbankan. Dan justru, ini yang membuat saya tumbuh. Perubahan paradigma yang tidak ternilai harganya dan hanya bisa didapat melalui pembelajaran dan pengalaman.
Tetapi kembali lagi pada individu masing-masing, apa yang sebenarnya mereka cari? Biasanya mereka sudah menyiapkan jawaban terbaik dan nyeleneh untuk berjaga-jaga kalau ada yang bertanya. Misal, teman saya menjawab bahwa ia berkuliah untuk mencari jodoh. Ada juga yang menjawab agar tidak tertinggal dengan teman-temannya atau sekadar ikut-ikutan saja.
Pada realitanya, kehidupan menjadi mahasiswa tidak bisa terus stagnan di situ saja. Melainkan, mereka harus ada peningkatan di setiap semesternya. Kalau tidak, ia hanya akan menjadi donatur kampus. Dan kalau masih tidak ada peningkatan, mahasiswa ini akan di-drop out dari kampus, tentunya ini sangat merugikan.
Selengkapnya baca DI SINI!
Komentar
Posting Komentar