Tentang Klinik Menulis
Mulanya anggota Klinik Menulis terdiri atas anak muda berusia 17—25 tahun yang berasal dari berbagai daerah: NTB, Aceh, Papua, Cianjur, Bogor, Kalimantan, Banten, dan sebagainya. Memilih peserta anak muda karena mereka tidak sibuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan banyak alasan tidak menulis, biar fokus menulis. Lalu, stigma itu keliru. Ternyata, pelajar dan mahasiswa juga sama-sama sibuk layaknya mereka yang sudah berkeluarga. Kendala mereka sangat klasik: lupa, malas, tidak konsisten menulis.
Klinik Menulis sudah mengarsipkan empat buku: Telolet, Puisi, dan Kerikil Sepanjang Jalan (Angkatan #1, 2017), Nun dan Jendela Rindu (Angkatan #1, 2018), Prolog (Angkatan #2, 2018), Harga Sebuah Lelucon (Angkatan #3, 2019), dan Angkatan #4 tidak terarsip karena beberapa kendala. Selain itu, beberapa juga menjadi penulis di media nasional, seperti Joe dan Dede Soepriatna.
Pada Juli 2024, setelah merenung cukup dalam, Encep mulai kepikiran lagi membuka Klinik Menulis yang sudah lama mati suri. Kali ini mencoba mencari peserta kelas menulis dari lintas usia. Siapa saja boleh ikut. Tentu, peserta yang benar-benar punya minat dan serius untuk belajar menulis. Benar-benar datang dari jiwa.
Kerja komunitas ini adalah diskusi karya (diberikan jadwal khusus dan bergantian setiap hari, serta langsung diulas di tempat). Menulis butuh kebiasaan. Menurut beberapa pakar, kebiasaan seseorang bisa ajek bila sudah melewati fase empat puluh hari. Di sini, kebiasaan itu akan diterapkan. Nanti akan terlihat dampak bagi peserta yang sudah masuk tahap “pembiasaan” ini.
Hasil akhir kelas menulis adalah karya tiap peserta dibukukan (antologi tunggal) dan target lainnya peserta bisa tembus media massa cetak atau online. Selain itu, sekali dua kali akan ada pertemuan tatap muka (g-meet) antarpeserta dan mentor.
Kontak:
WA 087771480255 (Encep)
Baca juga
Syarat dan Ketentuan Masuk Klinik Menulis
Kata Mereka tentang Klinik Menulis
Unduh Buku-Buku Klinik Menulis
Kembali ke BERANDA
Komentar
Posting Komentar